Jumat, 16 Desember 2011



OPEN HERO
Impian menjadi pengusaha yang sukses

Ini adalah pengakuan bahwa saya sebenarnya tidak bakat dagang, tapi punya impin jadi juragan beras  bolehkan?.. Seperti iklan BBM di tivi yang menjemput pelangganya denga ramah , saya mulai dari nol ya, intinya ini lahan baru bagi saya. Saya hanya menganggukkan kepala ketika kawan berbicara masalah manajemen produksi, pemasaran dll, dalam hati saya berkata ok saya akan belajar. Semangat serta awal yang baik untuk sebuah usaha saya kira. Produksi dan di pasarkan, itu ambisi yang luarbiasa. Jika di ibaratkan semangat saat itu bagai secangkir kapucino yang di teguk di atas perbukitan dengan pemandangan  terasering sawah di bawahnya. Wah luar biasa lawas...

Dengan modal semangat serta modal dagang yang sudah ada, saya dan teman-teman mencoba membangun semangat berwirausaha bersama. Kamipun merancang dengan tertip niat tersebut, hampir tiap minggu kita ketemuan guna membahas masalah design produk, packing, maupun alat-alat produksi apa yang di butuhkan. Selang beberapa minggu setelah kita ketemuan akhirnya lahir dan bergulirlah berbagai macam ide-ide gila yang menyenagkan, salah satunya adalah piknik, loh...gimanasih, ok maaf bukan piknik tapi kemah loh piye to...mmmm maaf  salah lagi, yang benar adalah kita mau membikin sebuah usaha yang bersemangat anak muda yaitu clothing.

Ok kita bagi tugas kata temanku, di pertemuan yang ke seribu kalinya itu kita membagi tugas,  masing-masing orang mendapatkan tanggung jawab terhadap sistem perputaran modal. Kita membentuk sistem perputaran modal dengan membaginya kedalam beberapa bagian, yang natinya akan bergerak dan di gerakan oleh masing-masing kepala bagian.

Nah sampai di sini agak terang harapan untuk menjadi pengusaha, dan rupanya esoknya benar-benar terjadi. Kita telah menjadi pengusaha broo...wah akhirnya. Belanja apakita besok prend kataku, eeemm.. blanja yang di perlukan untuk alat produksi dulu dong, laptop ok bro..,printer ok broo..,scaner ok bro serta bahan produksi, dan yang nggak kalah penting adalah tempat usaha alias kontrakan. Besok kita coba bikin sepatu lukis dulu, kelihatanya agak kenceng di keramaian pasar, weh iyo po? Yoi bro, gimanesih...ok saya ngikut aja yang penting saya mau coba usaha.

Prend ngomong-ngomong kita ini belum punya brand untuk usaha kita ini lho, o iyaya trus gimana dong? Ok gini, kita brainstorming dulu gimana? Wah boleh tuh, nah selanjutnya kita konsultasikan dengan bapak-bapak yang jago ngitung keberuntungan, alias nama yang cocok untuk usaha. Emang kamu punya kenalan dukun prend? Mm..bukan dukun sih, cuma dia sering menghitung laba tingkah laku seseorang. Wah.. wingit juga tu orang, kata temanku. Ok kita coba, sapa tau jitu. Setelah mengumpulkan nama-nama yang menurut kita cocok, akhirnya kita naik gunung keesokan harinya, tujuannya tentu untuk berkonsultasi dengan bapak-bapak yang jago ngitung keberuntungan yang tinggal di dekat lereng merapi tersebut.

Kulonuwunnn... ucapan seketika setelah kita sampai di depan rumah bapak-bapak yang jago ngramal tersebut, yak sip  silahkan masuk nak, ya makasih pak. Tapi kelihanya di dalam sumpek banyak barang yang belum di beresinni kata bapak itu, kita di teras saja ya? Ok nderek pak, ngomong-ngomong ada perlu apa ini? Eeemm gini pak kita mau konsultasi nama yang cocok untuk usaha. Ooo begitu, ya ya coba nama apa yang kalian rencanakan, ini pak nama-nama yang kita bikin. Bapak yang tadinya santai tersebut tiba-tiba agak tegang dan terkejut setelah temanku menguluarkan buku yang berisi tulisan-tulisan nama-nama yang di ajukan. Jelasnya bapak itu terkejut karena nama yang diajukan begitu banyak, lhawong dua rem wehhh...banyak banget kata bapak itu. Iyae pak soale kita lagi proses TA jadinya hobi nulis heee.. kata temanku. Wah.. mas-mas dan mbaknya pasti mahasiswa antropologi.wuikkk..

Selang beberapa waktu lamanya bapak itu menghitung, tiba-tiba terucaplah sebuah nama yang menurut dia cocok. Jadi begini nak, saya kira nama ini cocok untuk usaha kalian, yang mana pak? Ini, nama yang saya usulkan untuk kalian pakai adalah Open Hero. Nama ini sangat sakral buat saya, itu di karenakan itungan yang dihasilkan selalu mempunyai nilai positif, wah yang bener pak? Iya, saya kira nama ini cocok untuk kalian pakai.

Kamipun pulang turun gunung dengan membawa harapan usaha yang baik dengan nama yang di pilih. Bro gimana mantap dengan nama tadi? Mmmm... ok, saya sih setuju kata temanku, yang penting kita terus maju. Yeahh..

Bendera Open Hero mulai dikibarkan keesokan harinya, wah cerah. Lihatlah burungpun berkicau yang nadanya sepertinya mengamini usaha yang kami bikin. Aminn...

Cuit hero, cuit cuit... hero, cuit cuit... hero, begitu saya kira. Kamipun mulai melakukan produksi awal dengan bahan yang kita punya, sepatu lukis tentunya. Selang beberapa minggu teman yang lain juga punya ide produksi barang, prend bagaimana kalo kita bikin tas lukis? Ide itupun di setujui forum, dan kita bikin tas lukis untuk produksi selanjutnya. Lalu dimana kita akan memasarkanya prend? Nah ini jadi persoalan yang harus di pecahkan oleh bagian pemasaran. Kita pasarkan aja door to door kata temanku, boleh, di warung-warung terdekat, boleh. Mmm.. gimana kalau untuk pemasaran awal kita mangkal di sunmor UGM, kata temanku yang lain, wah ide bagus. Ok setuju.

Kitapun rutin mangkal di UGM setiap minggu paginya, dua minggu, tiga minggu berlalu. Loh kok barang kita tambah usang prend? Hee.. iya jarang laku prend soalnya, yah maklum usaha awal ya begini to? Ok mungkin hari depan akan lebih baik. Usaha awal pastilah banyak cobaan kata temanku, dan cobaan itupun terbukti tambah berat, disamping belum laris ada hal lain yang terus mengganjal dan mengejar yaitu harus lulus kuliah. Weh..seperti badai katrina di Amerika bisa di ibaratkan cobaan itu bagi Open Hero. Akhirnya kitapun mengalah dan menunda serta mengalihkan konsentrasi ke persoalan lain yaitu menyelesaikan tugas akhir. Open Heropun kemudian di putuskan oleh forum untuk di bekukan dulu alias di hentikan aktifitasnya. Open hero yang malang ya, di kandangkan sebelum perang usai.

Selang beberapa minggu setelah kita fakum mediapun mulai curiga dan mencoba mencari informasi kenapa kita kok tidak pernah nongol. Merekapun berduyun - duyun mendatangi rumah produksi kita, pertanyaan-pertanyan gilapun muncul dari mereka diantaranya:

MlethoTV: Apakah benar krisis Eropa merupakan salah satu imbas dari ke tidak hadiran kalian di dunia wirausaha?
OHE       :emm.. mungki iya, ini merupakan persoalan yang komplek bagi kita semua tentunya, so..  mm.. kami akan coba memecahkan persoalan ini dengan beberapa pihak terkait tentunya. Tapi sebelumnya kita ingin minta maaf kepada seluruh masyarakat terutama Eropa karna ketidak hadiran kami sementara.
MlethoTV: Apakah benar kalian ingin membeli perusahaan Jepang Toyota yang memproduksi mobil pickup yang ada di Indonesia? Apa alasan di balik semua itu?
              * pertanyaan terahir kelihatanya saya pernah dengar pada dialog adegan sinetron cinta fir’oun he..
OHE       : yap, rencana itu sempat bergulir di forum kami, tapi kita tunggu saja hasilnya.Mengenai apa alasan kita melakukan itu ya karena itu salah satu strategi pemasaran produk kami tentunya, dengan jemput bola ke pelanggan-pelanggan tentunya mereka tak perlu repot- repot mendatangi kios kita serta tentunya pelanggan akan lebih nyaman dan lebih sejuk menikmati kopi di teras rumah masing-masing, lhoh kok..
Mletho TV: Apa kira-kira strategi kalian untuk keluar dari persoalan ini?
OHE       : yap, salah satunya mungkin kita akan melakukan study banding ke Rusia,  mengenai jarum jahit yang pas bagi tas dan sepatu.
Mletho TV:Ok terimakasih atas waktunya, kita semua berharap agar OHE akan hadir kembali memeriahkan tujubelasan tahun depan weh...
Wah mah ndelewer...
Sebenarnya saya menulis ini untuk menghibur diri, dengan semangat untuk terus maju berwira usaha, saya yakin Open Hero suatu hari akan menjadi sebuah perusahaan yang berhasil. Bukan hanya mimpi tentunya. Open Hero yang akan menggugah semangat anak muda untuk terus maju dan tak henti terus berkreasi.

Salam bahagia

nardi

Sabtu, 29 Oktober 2011

Senin, 10 Oktober 2011

Victory in the glass box, 101,5x68 cm, pencil color, markers, acrylik on paper,2008

This work is result one of drawing project me with WinarsoT, Abram Gobrams B, Feri Pradigdo, Ing Ade and Arwin Hidayat in Rollingdraw Project. We have this project because we have a common mission to use the paper as a medium for art work, though the paper is still considered less good in terms of durability of materials, as well as galleries in Indonesia is still at least are willing to provide space for this medium. in 2011 we have had plans to exhibit the properties of paper media that are not limited to drawing, but rather focus on the medium of paper itself.

Selasa, 27 September 2011

Kamis, 15 September 2011

Jumat, 09 September 2011


 Nardi, Kill me, wood waste and paint, variable dimension, 2011

Detail


Sabtu, 03 September 2011

Rabu, 24 Agustus 2011

Rabu, 17 Agustus 2011

Buku-buku sketsa nardi 
(dokumentasi penulis)

Buku sketsa selalu menemani kemanapun saya pergi, karena bagi saya buku tersebut  merupakan wadah awal sebagai pengganti bahasa verbal yang tak sepenuhnya selalu pas. Kebiasaan mengutarakan sesuatu dengan gambar memang telah lama saya lakukan, itu di karenakan karakter yang terbentuk dari kondisi keluarga yang tak memiliki kebiasan berdiskusi antar anggota keluarga (sedikit bicara), sehingga kondisi tersebut menuntut saya untuk mencari alternatif lain guna mewadahi segala macam unek-unek yang saya rasakan. Sampai saat ini kebiasaan tersebut makin menjadi-jadi, buku-buku yang penuh dengan gambar semakin banyak menumpuk di kamar. Gambar-gambar tersebut sebagian kecil ada yang saya pindah ke bidang kanvas dalam wujud lukisan, sebagian besar masih dalam wujud sketsa-sketsa yang terbendel dalam wujud buku. Bagi saya ini merupakan PR sekaligus proyek jangka panjang yang mungkin suatu saat akan saya share ke publik luas.


Selasa, 09 Agustus 2011

Nardi, Selamat Ulang Tahun Bapak, cat acrylik pada kanvas, 50x50 cm, 2011


Waktu Buat Bapak

Tanggal, bulan dan tahun merupakan tanda yang biasa di pakai untuk menandai sebuah kelahiran atau sesuatu peristiwa yang di anggap penting. Mengingatnya merupakan sebuah romantisme tersendiri yang akan mengembalikan ingatan ke jejak-jejak dimana waktu telah membuat jarak namun telah membungkusnya yang dekatnya setipis kertas tisu. Sebaris tanggal, bulan dan tahun yang tertoreh adalah bekuan waktu yang membawa bertemu kebenaran yang sebenarnya telah di bawa didalam dada sejak lahir.

Kamis, 04 Agustus 2011

Nardi, Kue untuk keluarga, 10x13 cm, spidol pada kertas
BORN

Semua akan baik-baik saja
Semua akan segera pergi berganti
Semua adalah ruang yang tipis
Semua adalah waktu yang bertaring harapan

Tak ada lagi kiyasan yang berarti
Tak ada lagi harapan berulang
Hari ini adalah jebakgan
Hari ini adalah janji hidup

Sisa takdir ini adalah misteri
Sisa senyum ini adalah duri
Hari ini aku mengingat sapaan pertama dunia
Hari ini hidup dan kelak mati

Yogyakarta 13 Desember 2010
Nardi

Selasa, 02 Agustus 2011

Jumat, 29 Juli 2011

Nardi, Rain Party, 20x25 cm, spidol pada kertas
Peristiwa Hujan

Vespa yang kehujanan, malam yang remang, jam sepuluh malam aku duduk sendiri di depan koskosan temanku yang berjajar dengan pohon melinjo tua dikawasan wisata pinggiran kota Yogyakarta. Aku jadi teringat banyak hal tentang orang-orang dan peristiwa yang pernah singgah di sela kehidupanku waktu silam. Ketika tertarik pada seorang perempuan, ketika jumpa pada peristiwa yang mencekik nuraniku, bahkan peristiwa yang entah kapan terjadi melintas dengan emosional miris saat itu. Hujan membuat perasanku menjadi sendu, terlintas lagi ingatan tentang orang tua yang entah kejadian kapan tepatnya memikul empat lukisan dagangannya dengan keringat lelah yang menetes di wajah dan terlihat bagian lengannya yang juga basah. Ya, peristiwa yang tersimpan, seakan menantang kembali pertaruhanku tentang hidup, tannya yang tak kunjung ku tangkap. Selalu meloncat.
Aku sekarang masih duduk sendiri di depan koskossan temanku yang berjajar dengan pohon melinjo tua,  memaksa tanganku menulis yang sebenarnya entah, tapi harus aku tulis. Ini aku anggap sebuah teriakan kesunyian batin saja. Seperti orang yang haus aku rasa. Kemabali ke ingatan peristiwa, dan dudukku yang sendiri di depan koskosan temanku yang berjajar pohon melinjo tua. Aku putuskan untuk mengisi secarik kertasku dengan bercerita tentang lelaki tua pedadang lukisan.
Siang itu udara kota sangatlah panas, aku naik bis kota tua jurusan jokteng wetan, nama populer untuk menyebut daerah pojok beteng keraton tinggalan masa lampou itu. Dari jendela usang bis yang aku tumpangi dengan sisa-sisa imajinasi yang aku lamunkan, tiba-tiba pandanganku terusik oleh apa yang aku lihat sebagai sebuah peristiawa kehidupan yang kalau di katakan adalah mengerikan bagiku. Tepat di lampu merah bis yang aku tumpangi menyebranglah lelaki tua itu, empat buah lukisan di bawanya terhuyung terlihat kelelahan.
 Ngomong-ngomong cerita ini mungkin akan sedikit aku buat-buat dikarenakan waktu itu posisiku dalam bis, dan tentunya setelah lelaki tua itu melintas akupun tak bisa lagi melihat dan hanya bisa menebak apa yang akan di alaminya hari itu. Akan tetapi ingatan tentang wajahnya masih melekat erat dalam benakku, wajah yang menyiratkan kekelaman. Baiklah itu tak jadi soal, akan aku teruskan sedikit ceritanya dengan ide-ide yang ada di benakku tentang lelaki tua itu. Ia pun tetap berjalan menyusuri jalan ke timur ke daerah alun-alun selan keraton yogyakarta yang panas oleh terik matahari, sesekali orang tua itu berhenti dan menyeka keringat yang mengucur di wajahnya yang terlihat telah sayu.
Aku masih duduk di teras koskosan temanku dengan hujan yang yang masih mengguyur, kontras dengan suasana panas yang aku ceritakan. Lelaki tua yang ada di benakku tetap aku lanjutkan sebagai cerita pengisi malam beriring nyayian kodok batu. Lelaki tua yang aku anggap malang, lelaki yang aku anggap lebih buruk nasibnya di bandingkan nasibku sendiri. Ia berhenti disamping terminal bus way yang agak teduh, matanya sesekali berkedip pelan, tarikan nafasnya terkadang sangat dalam. Aku terharu lagi dibuatnya, akan tetapi aku sangat kerasan dengan suasana ini. Lelaki tua itu bangkit lagi melanjutkan langkahnya menyusuri jalan menjajakan lukisan miliknya. Tak ada suara menawarkan lukisan dari mulutnya yang kering  bergetar. Didepan kerumunan orang atau warung-warung tepi jalan sesekali ia berhenti menoleh kearah tepat didepan orang yang ada di sana, dengan bahasa tubuh ia menawarkan dagangan tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya. Aku tidak tau kenapa ia tidak bersuara, bisukah ia? Akurasa tidak, nampaknya ia sudah cukup berbicara selama hidupnya, hidup yang tak menyisakan ruang baik baginya walau ia telah berusaha untuk membicarakanya. Lelaki tua itu terus berjalan, terus berjalan, terus berjalan, hingga imajinasiku berhenti di titik sublim.
Aku masih duduk sendiri, peristiwa hujan malam itu membawaku ke berbagai pintu-pintu. Hujan yang membawa hawa dingin, peristiwa hujan yang mengingatkanku pada dendam, cinta, yang menyatu didalam pergumulan kesepian.

Yoyakarta, 30 juli 2011
Nardi

Kamis, 28 Juli 2011

Nardi, Hidup di rimba, 75,5x75,5 cm, cat acrylik pada triplek dan kaca, 2010

Sabtu, 23 Juli 2011

Nardi, Pertemuan, 69 x 69 x 18,5 cm, Cat acrylik, pensil pada kayu, 2011
Nardi, Best Friend, 82,5 x 82,5 x 18 cm, Cat acrylik pada kayu, 2011

Rabu, 20 Juli 2011





nardi, Breakfast, 20x25cm, spidol pada kertas, 2009




                                                    nardi, safe zone, 20x25 cm, 2009

Selasa, 19 Juli 2011

                                            nardi, lust, 25x 20 cm, spidol pada kertas, 2009

Ini adalah salah satu karya drawing yang saya buat dan saya ambil di album drawing yang di buat pada tahun 2009.
nardi, cofee, 20x25 cm, spidol pada kertas, 2009

Senin, 18 Juli 2011

nardi, my violence, spidol pada kertas, 2010




Menjaga Putus Asa

Memang aku budak tak berpangkal, yang terikat oleh janji kehidupan.
Bernafas sesak.
Panjangnyapun hanya sebanding dengan rokok sebatang.

                                                                        Yoyakarta, 18 juli 2011

                                                                                    nardi